Artikel
Bukti Cinta Tidak Harus Self Injury, kan ?
Oleh
: Karmila Kahar
Pernah dengar
istilah Nonsuicidal Self injury (NSSI)?
Self injury merupakan perilaku melukai diri tanpa adanya niat
untuk bunuh diri, perilaku ini dapat membuat individu menjadi kecanduan. Jujur
saja setelah ikut salah satu kulwap (kuliah via WhatsApp) saya baru menyadari akan adanya perilaku seperti ini dan
dalam grup Whatsapp tersebut saya
sedikit banyak mengetahui tentang self
injury. Setelah menelaah semua materi yang diberikan saya menjadi teringat
dengan salah satu teman SMA saya yang ternyata perilaku menyileti tangan sampai
berdarah merupakan salah satu perilaku self
injury yang berbahaya dan dapat membuat individu menjadi kecanduan.
Sewaktu SMA sekitar 7 tahun lalu, saya beberapa kali
mendapati salah satu teman laki-laki saya ; sebut saja dia si fulan kedua
tangannya dipenuhi sayatan-sayatan benda tajam seperti silet di bagian urat
nadi pergelangan tangannya. Beberapa kali saya melihatnya, hingga suatu hari,
percakapan pun dimulai :
Sy :
“eh, mauka’ tanya kenapa itu tanganmu kayak sudah disileti?”
Si fulan : “anu na’ putuskan ka’ pacarku”
Sy :
“tapi beberapa kali mi saya liat itu lukamu, pernah sembuhmi toh tapi ini ku
liat luka baru”
Si fulan :
“itu dulu karena bertengkarka sama pacarku baru tidak na percayaka juga”
Sy :
“apa rasanya itu kalo sudahki sileti begitu? Kan pasti sakit ki’ kah sampai
berdarah saya liat itu”
Si fulan :
“mauka buktikan ki’ sama pacarku kalo ku sayang sekali sama kalo sudah ku
sileti tanganku merasa ka puas dan ku dapat ki lagi perhatiannya pacarku”
Sy :
“Astagaa.. jangan mki’ lagi sileti begitu tanganmu, ngeri ki’ wehh takutku liat
saya”
Si fulan : “hahaha tergantung pacarku ji”
Itu sedikit percakapan singkat saya
dengan si fulan ketika jam istirahat sekolah. Pada saat itu saya tidak tahu
sama sekali apa yang harus saya lakukan ketika melihat teman saya melakukan hal
demikian, namun ketika saya sudah mengetahui alasannya, saya selalu berusaha
mengajak si fulan untuk bermain dan berkumpul bersama teman-teman yang lain. Oh
ya, sekedar info kalua si fulan pada waktu itu memang menjadi salah satu cowok
di kelas saya yang masuk dalam kategori nakal karena kebiasaan bolos dan sering
melanggar peraturan sekolah.
Setelah acara
kelulusan SMA kembali ku tanya si fulan tentang perilaku menyileti tangannya
apakah masih sering dilakukan atau tidak, si fulan menjawab tidak lagi
melakukan hal tersebut karena pacarnya sudah mulai mengerti dengan dirinya dan
ditambah si fulan sudah merasa menjadi bagian dari kelasnya. Alhamdulillah
semenjak saat itu si fulan berhenti untuk melukai diri dan kini si fulan telah
menikah dengan wanita yang ia pacari sejak SMA dan saat ini si fulan sudah
berbahagia bersama istri dan putri kecilnya.
Dari cerita Si
Fulan di atas, dapat dipahami bahwa Self
injury muncul karena rasa sakit atau tidak nyaman secara emosional dan
kurangnya keterampilan dalam mengelola stress atau meregulasi emosi yang
menyebabkan individu tidak mampu mengatasi rasa sakit emosional dan
ketidaknyamanan yang dialami, sehingga salah satu cara pintas untuk
menghilangkan atau mengalihkan ketidaknyaman tersebut adalah melukai diri
sendiri. Hal tersebut sama seperti yang dilakukan si fulan ketika bertengkar
dengan pacarnya, ia merasa tidak nyaman secara emosional dan tidak memiliki keterampilan dalam mengatasi
rasa sakit yang dialami, hingga pada akhirnya memilih untuk melakukan tindakan
menyileti tangannya sendiri. Namun, dengan adanya dukungan sosial dan
lingkungan sekitar perilaku self injury dapat
disembuhkan.
Adapun faktor yang
dapat menurunkan perilaku self injury indvidu
yaitu dengan mendapatkan dukungan sosial, mencari atau menemukan coping strategy yang positif, dan
kemampuan regulasi emosi yang matang.
Editor
: Dina Ariani
Tidak ada komentar